Sejumlah siswa SD negeri dan swasta belajar menjadi
pendorong rekan penyandang cacat di kursi roda dalam acara Hari Sensivitas
Penyandang Cacat, Jumat (30/3) di Japan Foundation Jakarta.
Sejumlah murid SD di Jakarta, Jumat (30/3) di The Japan
Foundation Jakarta, diajak untuk berempati kepada para penyandang cacat.
Anak-anak yang secara fisik normal tersebut berbaur dengan rekan-rekannya
penyandang cacat.
Mereka dibagi dalam tiga kelompok simulasi. Kelompok pertama
belajar bahasa isyarat untuk tunarungu, kelompok kedua belajar huruf Braille,
kelompok ketiga belajar menggunakan kursi roda.
Dalam waktu satu jam, siswa SD Negeri 04 Menteng, siswa SD
Negeri 12 Pagi Cipete, dan siswa SD Al Azhar yang berbaur dengan murid
penyandang cacat tunanetra SLB A Pembina Tingkat Nasional, tunarungu SLB B
Santi Rama, tunadaksa dari YPAC, dan kelompok music interaksi (anak down
syndrome dan autis) sudah menguasai keterampilan baru itu. Mereka saling
Memperkenalkan diri dengan bahasa isyarat, menulis nama dalam huruf Braille,
dan mulai lincah menggerakkan kursi roda.
Kegiatan ini merupakan bentuk perayaan ditandatanganinya
Konvensi Hak-hak Asasi Penyandang Cacat Resolusi PBB di New York, Amerika
Serikat, Jumat (30/3) pagi waktu setempat. Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah pun
turut hadir dalam sidang PBB tersebut.
Mengenal Pluralitas
Kegiatan ini, menurut Maulani R dari Forum Hak Penyandang Cacat
Indonesia, menandai dimulainya strategi
penyadaran masyarakat lebih mengenal dan memahami penyandang cacat.
Komnas HAM pun – seperti dipaparkan Taheri Noor, salah seorang
komisioner dari Komnas HAM – mempunyai visi untuk meningkatkan perlindungan dan
penegakan hak asasi manusia, termasuk kepada para penyandang cacat telah
menyusun berbagai program. Antara lain dengan segera mengaplikasikan konvensi
tersebut dalam bentuk undang-undang, serta mendorong amandemen UU Nomor 4 Tahun
1997 tentang Penyandang Cacat yang bersifat donasi (bantuan-bantuan social)
menjadi undang-undang yang ability, yaitu berupaya meningkatkan kemempuan para
penyandang cacat.
Guna menyosialisasikan dimulainya proses penandatanganan
konvensi ini, Persatuan Penyandang Cacat Indonesia (PPCI) bersama mitra
kerjanya – Handicap International dan Komnas HAM – merencanakan untuk
menyelenggarakan serangkaian kegiatan kampanye kepedulian terhadap semua lapisan
masyarakat dari tingkat provinsi sampai kabupaten. Karena itu anak-anak juga
disentuh. Memberikan pengalaman pada anak-anak untuk berteman dengan
kawan-kawan mereka yang menyandang cacat, misalnya, dinilai sangat penting
sebagai bagian dari proses pendidikan untuk mereka.
“Anak-anak adalah calon pemimpin di masa mendatang. Pemimpin
yang baik perlu memiliki kepekaan social yang tinggi, termasuk kepekaan
terhadap masalah yang dihadapi warga masyarakat penyandang cacat,” kata
Siswadi, Ketua PPCI. (LOK)
No comments:
Post a comment